Usaha Peti Jenazah, Cerita Mistis Hingga Misi Sosial
Usaha Peti Jenazah, Cerita Mistis Hingga Misi Sosial
Tatik menceritakan senang dukanya jadi pembuat peti jenazah. Mulai berasal dari hal mistis yang dialami hingga misi sosial yang dilakukan.
Aroma kapur barus mayat tercium selagi memasuki kantor pembuat peti jenazah. Menurutku itu hal wajar gara-gara tak sekedar sebabkan peti jenazah, tempat itu juga sedia kan beberapa perlengkapan mayat.
Beberapa pria keluar sibuk di bagian depan tempat itu. Masing-masing bersama pekerjaan dan tugasnya, jadi berasal dari menghaluskan papan salib hingga mendempul dan mempelitur peti jenazah 1/2 jadi.
Di bagian dalam, beberapa perempuan tak kalah sibuk. Mereka menempatkan kaon satin berwarna putih pada peti, atau disebut menyemog. Suara palu yang berkompetisi bersama paku pada papan terdengar berirama, layaknya berkompetisi bersama deru knalpot kendaraan di luar.
Beberapa menit berlalu, Maria Tatik Suriatiningsih, pemilik bisnis peti jenazah Sedyo Rahayu menemui Tagar di kantor yang berukuran kurang lebih 3×3 mtr. itu, Sabtu, 7 Desember 2019 Cargo Jenazah .
Saat itu, Maria ditemani anak keempatnya, Leon Bhumi 33 tahun. Leon duduk di kursi di belakang meja utama di ruangan itu. Sementara ibunya duduk di sebelah kiri pintu masuk, di bawah pendingin ruangan.
Keduanya ramah menyapa dan benar-benar bersahabat. Tatik bersama suara lembut tetapi jelas, mengisahkan senang dukanya jadi pembuat peti jenazah. Mulai berasal dari hal mistis yang dialami hingga misi sosial yang dilakukan.
Beragam Pengalaman Mistis
Sebagian orang sangat percaya bahwa orang-orang yang bekerja atau terjalin bersama jenazah dan kematian, tak jarang mengalami hal mistis, juga pembuat peti jenazah. Tatik dan Leon tidak menolak hal itu.
Kata Tatik, hal semacam itu telah dialaminya sejak awal menggeluti bisnis ini pada 19 November 1984, atau 35 tahun lalu. Waktu itu Tatik masih mengerjakan semuanya sendiri, juga menyemog peti jenazah. Pernah sekali waktu, Tatik tengah menyemog keliru satu peti, tiba-tiba dia mencium aroma yang benar-benar wangi.
“Dulu juga pernah, selagi aku masih garap sendiri, tersedia bau harum. Terus dalam hati aku bilang, ‘ya telah jika mau langsung digunakan, ayo bantu aku sehingga cepat selesai’. Kok ya njuk (terus) cepat selesai dan aku tidak capek,” jelasnya.
Keesokan harinya, peti jenazah yang baru selesai ditunaikan berikut laku.
Kejadian mistis lain yang beberapa kali dialami adalah suara ketuk-ketuk pada peti jenazah yang mau laku. Seperti yang berjalan selagi Tatik tengah duduk-duduk bertiga bersama suaminya, Yosep Tatabhumi Putranto dan seorang karyawannya.
Saat itu, dia belum mempunyai rak, sehingga peti jenazah hanya ditumpuk empat susun. Tiba-tiba, ketiganya mendengar suara peti yang diketuk. Spontan Tatik dan Totok, suaminya mengatakan bahwa tersedia peti yang dapat laku, layaknya yang telah berjalan sebelum-sebelumnya.
Tapi mereka penasaran, peti mana yang berbunyi dan dapat laku. Sang suami mengira peti yang dapat laku adalah yang kedua berasal dari atas. Lalu dia mencoba mengetuk untuk memastikan.
“Niki mangkeh pajeng, njuk sing didodok no loro seko nduwur, kok suarane bedo (Ini mau laku, sesudah itu dia mengetuk peti kedua berasal dari atas, tetapi suaranya berbeda). Njuk kulo dodok sing no telu, suarane podo (Lalu aku coba mengetuk yang ketiga, suaranya sama). Ternyata yang laku yang peti ketiga,” urainya.
Pertanda peti yang dapat laku, bukan hanya berdasarkan suara ketukan, tetapi sesekali terdengar layaknya suara peti yang dilempar bersama kerikil.
Hal mistis, kata dia, juga dialami oleh keluarganya yang terhubung bisnis serupa, di tempat Gondomanan, Yogyakarta. Saat itu, adik dan ayahnya tengah saksikan televisi, yang terdapat di samping peti jenazah.
“Terus adik aku memandang petinya goyang. Yang nonton tivi itu memandang semua, paginya laku,” tuturnya.
Kejadian lain, kata Tatik, dialami oleh Totok dan anaknya selagi mengantar jenazah ke Jepara. Saat itu Totok masih mengemudikan sendiri ambulans miliknya, juga mengantarkan jenazah ke tempat asal mayat.
Keduanya berangkat berasal dari rumah sakit (RS) Panti Rapih Yogyakarta, selagi senja. Ketika mereka tiba di tempat Grobogan, listrik di tempat itu tengah padam, juga di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Padahal, bensin mobil mereka telah menipis.
Suaminya telah pasrah dan bicara dalam hati, bahwa jenazah itu bisa saja tidak sanggup tiba tepat waktu, gara-gara bensin tidak mencukupi. Tiba-tiba saja listrik di situ ulang menyala, dan dia sanggup mengisi bahan bakar di SPBU. Anehnya, sehabis mobil mereka keluar berasal dari SPBU, listrik di sana ulang padam.
Saat ulang berasal dari Jepara, keduanya ulang mengalami kejadian aneh, tepatnya selagi melintasi hutan atau alas Gundi. Waktu itu pintu belakang mobil mereka layaknya tertutup, padahal kondisi pintu mobilnya sebetulnya tertutup.